Islam itu berisi :

Islam itu berisi :

Wednesday, January 27, 2016

8. Tauhid Sirr Rasulullah | Mukadimah Kitab Bayan Alif




Uraian dari para muwwahid, dikatakan bahwa

  • mim () itu ruh jasmani;
  • ha () itu ruh ruhani;
  • mim () itu ruh mani;
  • dal () itu ruh idhafi.

  • ruh jasmani itu syariat;
  • ruh ruhani itu tarikat;
  • ruh mani itu hakikat;
  • ruh idhafi itu makrifat.

  • ruh jasmani itu ada pada jasad;
  • ruh ruhani itu ada pada hati;
  • ruh mani itu ada pada nyawa;
  • ruh idhafi itu ada pada Rahasia.

  • gerak jasad dari ruhani;
  • gerak ruhani dari nurani;
  • gerak nurani dari Rabbani.


Bahwa Allah dan Muhammad itu esa; tidak bercerai. Maka dalam Tauhid Sirr atau Tauhid Dzukiyyah alias Tauhid Rasa dikatakan, jasad ini tempat merasakan saja. Dari prosedur di atas tadi, rasa jasad hanya merasakan "ada" ini dengan rasa Rabbani. Di hati jangan ada lagi berkata-kata gerak ini dari itu lagi [maksudnya: ketika berpraktik, teori jangan diingat-ingat lagi]

Jadi Diri Rabbani itu diri siapa? Diri Allah. 
Kalau sudah paham gerak jasmani dari ruhani, gerak ruhani dari nurani, gerak nurani dari Rabbani; dan sudah tahu diri Rabbani itu Diri Allah, mengapa takut mengatakan Diri Rabbani itu Diri Allah? Takut apa? Takut dosa; terkena dosa. Takut neraka; masuk neraka, takut syirik tertimpa syirik. Tidak perlu takut karena yang dimaksud di sini adalah jasad kita tidak lagi merasa ada diri baharu ini dan hanya merasakan Diri Rabbani yang berkuasa. Bukan kita merasakan diri kita ini jadi Allah atau mau sama dengan Allah, melainkan yang dirasakan jasad ini hanya Diri Rabbani saja sumber dari segala sumber pergerakan nurani, ruhani, dan jasmani.

Ingat hadis qudsy,

أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِى بِى
“Aku sesuai dengan persangkaan hamba pada-Ku”.


Aku ada pada sangka hamba-Ku. Persangkaan kita tetap: Diri Rabbani itulah Diri Allah yang bersifat Hayat, Qudrat, Iradat, Sama`, Bashar, Kalam, Ilmu. Diri Rabbani ini Diri Zat. Diri Zat ini bersifat ma`ani.

Firman Allah lainnya dalam hadis qudsy,
"Al insanu sirrihi wa Ana sirruhu."
Manusia itu Rahasia-Ku, Aku Rahasianya.

Maksud perkataan ini, lembaga jasad manusia itu adalah Rahasia Allah. Rahasia Allah itu Zat Allah. Tentulah Zat Allah yang menjadi diri kita. Bukan diri kita ini menjadi Allah, melainkan Zat Allah itu yang dijadikan diri kita. Firman di atas itu agar kita dapat membedakan apa itu zat dan apa itu diri.


Fardhu hendaknya diketahui bahwa yang dikatakan Zat itu Rahasia Allah dan jasad kita ini dijadikan dari Zat Allah. Perlu kita ketahui tamsilnya, dinyatakan pula pada orang yang mengetahui sifat yang tujuh, seperti pada sifat Hayat, dilihat jasad kita yang hidup karena kita tahu jasad kita ini rahasia Allah atau Zat Allah. Rasakanlah yang hidup ini Zat Allah. Lengkapnya begini:

  1. Hayat : rasakan yang hidup itu Zat Allah;
  2. Ilmu : rasakan yang mengetahui itu Zat Allah;
  3. Sama` : rasakan yang mendengar itu Zat Allah;
  4. Bashar : rasakan yang melihat itu Zat Allah;
  5. Qudrat : rasakan yang berkuasa itu Zat Allah;
  6. Iradat : rasakan yang berkehendak itu Zat Allah;
  7. Kalam : rasakan yang berkata-kata itu Zat Allah.

Ingatlah, kedudukan jasad ini hanya tempat merasakan. Kalau sudah kita rasakan Zat Allah saja semuanya, tidak perlu lagi ada merasakan baharunya atau tidak merasakan lagi diri kita yang berkelakuan.


Zat Allah itu adalah Rahasia Allah. Rahasia Allah itulah Diri Allah. Kalau sudah rasa Zat Allah saja yang ada. Yakinkan saja Allah segala-galanya. Jangan ada keraguan lagi dan jangan diragukan lagi. Wajib yang kita yakinkan hanya Allah saja. Mustahil yang kita yakinkan baharu. Itu namanya bersekutu. Karena Allah itu bukan baharu, bukan jaiz. Lebih jelasnya, jasad kita ini Af`al Allah dan perbuatan-perbuatan jasad kita ini rasakanlah sebagai perbuatan Allah atau Zat Allah.

“Allah menciptakan kamu dan apa saja yang kamu perbuat.” [Q.S. Ash-Shaffaat: 96].

Karena diri dengan perbuatannya itu satu; tidak bercerai. Perbuatan itu satu dengan diri yang berbuat. Diri kita berbuat dan diri kita itu Zat Allah. Kalau diri kita berbuat, tentulah Zat Allah berbuat. Zat Allah itu Rahasia Allah. Rahasia itu Diri Allah yang sebenar-benarnya. Diri Allah itulah Rahasia Diri Allah.



Peringatan keras: 
Ini pembicaraan dalam lingkup rasa Rabbani, bukan rasa jasmani. Jadi siapa pun yang seenaknya minum khamr [atau melakukan maksiat lainnya] lalu mengatakan itu perbuatan halal orang makrifat: itulah
salah besar,  sesat benar, syirik akbar.



Ingat, jasad kita yang baharu ini hanya tempat merasakan. Kita merasakan gula itu manis. Siapa yang mengetahui gula itu manis? Tentulah rasa. Rasa itu Rahasia. Apa Rahasia itu? Rahasia itu Zat Allah. Siapa Zat Allah itu? Zat Allah itu Diri Allah.

Yakinkan Zat itu Diri Allah. Jangan lagi kita berkata Zat Allah, berkatalah Allah saja. Inilah dalam bahasa tauhid disebut 'dungu hakiki'. Duduk orang ini tanpa berpikir-pikir, hatinya bebal, hatinya tidak ada bertanya-tanya kepada siapa pun, sudah tetap dirasakannya Allah saja semata-mata.

Sadarlah, jasad kita ini hanya tempat merasakan. Sudah kita ketahui Zat Allah itu meliputi diri kita luar dan dalam. Tentulah yang kita rasakan Zat Allah. Kalau kita sudah tahu Zat Allah itu Diri Allah, rasakan saja Allahlah saja segala-galanya. Bawa rasa ini dalam hidup sehari-hari agar kita tidak bercerai dengan Allah. Kalau sudah rasa Allah terus yang kita bawa sehari-hari, akan timbullah rasa Adanya Allah itu.

Dari Allah kembali kepada Allah. Apa pun yang kita rasakan, kembali rasa itu tetap kepada Allah. Kalau rasa sudah berkekalan dengan Allah, tentu rasa Adanya Allah saja yang ADA.


أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِى بِى
“Aku sesuai dengan persangkaan hamba pada-Ku”.

Kalau hamba-Ku merasakan Aku saja yang ADA. Akulah Tuhannya. Maksud sangka di sini bukan menyangka-sangka. Lebih baik kita merasakan Allah daripada menyangka-sangka Allah. Siapa mengenal dirinya yang Rahasia, esa-lah dia dengan Tuhannya.


"Jika hamba-Ku terus menerus mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan kebaikan, maka Aku mencintai dia, jika Aku sudah mencintainya, maka Akulah pendengarannya yang ia jadikan untuk mendengar, dan pandangannya yang ia jadikan untuk memandang, dan tangannya yang ia jadikan untuk memukul, dan kakinya yang dijadikannya untuk berjalan, jikalau ia meminta-Ku, pasti Kuberi, dan jika meminta perlindungan kepada-Ku, pasti Ku-lindungi. Dan aku tidak ragu untuk melakukan sesuatu yang Aku menjadi pelakunya sendiri sebagaimana keragu-raguan-Ku untuk mencabut nyawa seorang mukmin yang ia (khawatir) terhadap kematian itu, dan Aku sendiri khawatir ia merasakan kepedihan sakitnya.” (H.R. Bukhari 6021)


Perangai-perangai ini jangan dilupakan, yaitu perangai tentang rasa. Perangai kita musti tetap sampai kepada Allah. Apabila perangai rasa ini kekal kepada Allah, sucilah ia. Tidak lalai zahir-batinnya dengan Allah artinya mengembalikan hak kepada Yang Punya Hak. Tidak lalai zahir-batin dengan Allah, yakni menyempurnakan zahir-batinsampai ke zarah-zarahnya—kepada Allah. Walaupun zarah-zarah itu tersembunyi di dalam batinnya dalam ruku`, sujud, berdiri di hadirat Allah, tidak ada kelalaian dalam pikirannya, dalam perkataannya, dan dalam kebaikannya. Sampai sehelai rambutnya pun tidak ada kelalaian lagi dan tidak ada lagi yang mencegahnya khusyuk di dalam shalat. Inilah tauhid dzukiyyah atau tauhid sirr alias tauhid rasa.


Pendalaman Teori dan Praktik Sirr:

Sirr itu Rahasia. Rahasia itu Rasa.

Dari sirr ini kita bisa mengetahui apa isi badan seseorang. Menurut Abah Siradj, orang-orang kebatinan itu [kejawen, spiritualis, paranormal, pribadi-pribadi indigo, ustadz klenik, Islam abangan, tasawwuf nanar, pengamal khadam-khadam dan muakkal-muakkal, pengamal meraga sukma atau astral projection] isi jasadnya jin melulu.

Kontak saja orang-orang itu dengan sirr, kita akan tahu siapa yang berkuasa atas jasadnya. Jangan dikata sirr itu tidak pandai berkata-kata. Kalau kalam sirr berkata dengan rasa, "Jin." Jinlah isi orang itu. Kalau kalam sirr berkata, "Dengki." Dengki-lah isi sikap seseorang itu pada kita. Kalau kalam sirr berkata, "Salah paham." Salah pahamlah isi pernyataan seseorang itu atas penyampaian kita. Kalau kalam sirr berkata, "Kambing Kurap." Kambing kurap-lah yang sebenarnya berkelakuan pura-pura bersimpati, memuji-puji, menyanjung-sanjungnya seseorang itu pada kita untuk "cari modal" menipu umat.

"Takutilah firasat orang mukmin, sesungguhnya mereka memandang dengan Nur Ilahi." [Hadis]

Kalau orang tauhid mau jahat, tinggal dimasukkan saja sirr kera ke orang-orang sesat itu maka orang itu akan gila seperti kelakuan kera. Kalau orang tauhid mau jahat, tinggal dimasukkan saja sirr anjing ke orang-orang sesat itu maka orang itu akan "menggonggong" terus seperti anjing. Sudahlah, tauhid sirr ini bukan untuk kejahatan. Ini untuk keselamatan.



Tauhid Sirr ini ilmu ketuhanan murni, bukan ilmu dari kesetanan dan ke-jin-an. Tauhid Sirr inilah yang dinamakan juga Tauhid Dzukiyyah alias juga Pusaka Madinah yang diajarkan Nabi Muhammad Rasulullah Saw. selama ±11 tahun sebelum turun perintah Mi'raj kepada kalangan yang dipandang Rasulullah Saw. sudah duduk di maqam arif billah, khawwasul khawwas dan mukminin-mukminat untuk (*)"mengawal zaman". Sebab makna kata Rasulullah itu ialah yang dipercaya Allah.



Syaikh Siradj


Ini baru mukadimah Tauhid Sirr yang disampaikan Abah Siradj dalam pengajian ibu-ibu Sabtu siang kemarin [13 April 2013]. Bahkan Abah Siradj mengajarkan cara praktiknya langsung pada ibu-ibu hingga muncul perkataan beliau, "Kalau sirr sudah berkata, 'Ludahi'. Ludahi saja muka orang itu! Dia tidak akan melawan meskipun kita ini perempuan. Mana bisa kesesatan melawan kebenaran.

لْ نَقْذِفُ بِالْحَقِّ عَلَى الْبَاطِلِ فَيَدْمَغُهُ فَإِذَا هُوَ زَاهِقٌ 
Sebenarya Kami melontarkan yang hak kepada yang batil lalu yang hak itu menghancurkannya, maka dengan serta merta yang batil itu lenyap. [Q.S. Al-Anbiya:18]


Pembahasan Tauhid Sirr pada pengajian ibu-ibu ini menggunakan
Kitab Bayan Alif. Kata Abah lagi, "Kalau bagi ahli selawat, inilah yang disebut "Yaa Sayyidi Yaa Rasulullah".  Kalau paham-paham Bayan Alif ini sudah tertanam dalam diri manusia, mustahil manusia itu tidak berubah.

[Oya, ketika membahas Tauhid Sirr Bayan Alif ini, nama Brad Arie juga disebut-sebut lho! MasyaAllah, alhamdulillaah, Braderrrrr!]



(*):
Kaitkan dengan hadis tentang Islam akan kembali menjadi "asing" pada akhir zaman dan ayat ini Q.S. An-Naml:50 [kembali]

.

No comments:

Post a Comment