Inspirasi tulisan ini
muncul setelah seorang kawan dalam percakapan (chats) di sebuah jejaring sosial
menyatakan dirinya seorang atheis. Dia menertawakan orang2 yang beragama dengan
mengatakan bahwa kasihan sekali orang-orang yang percaya Tuhan itu, mereka
menganggap ada sang "Teman Imajiner" itu. (ini terjadi hampir setahun
silam, tulisan ini adalah re-post dari blog lama :D)
Sambil lalu, dia bilang bahwa Tuhannya adalah permainan bola basket (padahal negaranya itu sama sekali tidak terkenal sebagai juara basket, ahahahaha). Lalu, dengan agak serius, dia berkata lagi, bahwa Tuhannya adalah jiwanya (soul). Kubalas pula dengan santai,"Jiwaku itu buatan Tuhan, bukan Tuhan itu sendiri." Dia lalu diam seribu bahasa, heheheh.
Sambil lalu, dia bilang bahwa Tuhannya adalah permainan bola basket (padahal negaranya itu sama sekali tidak terkenal sebagai juara basket, ahahahaha). Lalu, dengan agak serius, dia berkata lagi, bahwa Tuhannya adalah jiwanya (soul). Kubalas pula dengan santai,"Jiwaku itu buatan Tuhan, bukan Tuhan itu sendiri." Dia lalu diam seribu bahasa, heheheh.
Kebanyakan sumber
sejarah menyatakan bahwa atheisme telah ada sejak zaman Yunani menjadi
mercusuar peradaban. Dari masa itu, hingga masa kegelapan dan rennaisance
keberadaan orang atheis belumlah memiliki andil hingga datang orang-orang besar
semacam Ludwig Feurbach, filsuf palu Nietche, Proudhon serta Bakunin ikut serta
melanjutkan ide Heraklitos dan Demokritos (filsuf Yunani)), dan di kemudian
hari ada Karl Marx.
Akan tetapi, tampaknya
yang paling memopulerkan paham atheisme untuk era ini adalah Darwinisme. Teori
evolusi Darwin kini terbukti hanya isapan jempol belaka, mungkin hanya teori
perkawinan silang bunga putih dan bunga merah menjadi bunga merah muda saja yang
benar2 ilmiah darinya. Lihat artikel Harun Yahya berikut ini
Teori Evolusi Darwin
yang menyatakan bahwa awal kehidupan ini dari benda mati (oksigen+hidrogen+sedikit
petir –> protein dan bahwa nenek moyang manusia itu makhluk bersel satu) di
kemudian hari melahirkan paham-paham filosofis konyol seperti Materialisme
hingga Satanisme.
Materialisme pada prinsipnya meyakini bahwa dibalik fenomena alam tidak terdapat kekuatan gaib. Alam berjalan dengan semestinya, disebabkan oleh materi yang merupakan unsur semesta yang tak terbagi dan kekal. Satanisme lebih lucu lagi, mereka menamakan dirinya
Satanis, tapi juga
tidak percaya adanya setan, bwaahahahah.
وَقَالُوا مَا هِيَ
إِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا وَمَا يُهْلِكُنَا إِلَّا
الدَّهْرُ وَمَا لَهُم بِذَلِكَ مِنْ عِلْمٍ إِنْ هُمْ إِلَّا يَظُنُّونَ
Dan mereka berkata: “Kehidupan
ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan
tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa”, dan mereka sekali-kali
tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah
menduga-duga saja.
(Al-Jatshiyah: 24)
Sebagian besar dari
mereka berpandangan bahwa kalau mereka mati, ya sudah, hilang begitu saja.
Seperti binatang mati, bunga layu, atau kayu terbakar menjadi abu. Kembali
menjadi unsur alam. Hmm.. inna lillahi wa inna ilayhi raji’un archetypal baru
nih xD.
Kembali pada kawan
ateis saya tadi, dia kemudian berceloteh,”Jika Tuhan itu ada, mengapa orang2 di
Somalia begitu menderita? (dia bukan dari Somalia)
Waktu itu, percakapan
terhenti dan beralih ke topik lain. Sebenarnya ingin kukatakan padanya hal-hal
berikut ini,
- Ketika kamu mengatakan hal tentang Somalia itu, tandanya kamu bukan tidak percaya Tuhan ada, tapi tampaknya kamu telah merasa dikecewakan Tuhan. Bahwa menurutmu, harusnya Tuhan itu “adil” dan “baik”.
- Tuhan itu
bertindak sesuai dengan Keinginan-Nya, bukan berdasarkan keinginan kita,
makhluk yang selalu menuruti hawa nafsu. Tuhan itu bebas dari prinsip baik
dan buruk. Karena Tuhanlah Pencipta baik dan buruk itu. Keadilan Tuhan
pasti sangat berbeda dengan keadilan manusia di meja persidangan, hehehe.
- Hal-hal
buruk yang terjadi di Somalia, bisa saja merupakan hukuman (karena mereka
bertindak zalim terhadap diri mereka sendiri) atau bisa jadi merupakan
ujian bagi mereka (untuk berkembang menjadi sebuah masyarakat yang lebih
baik), seperti arang di dasar bumi yang ditekan dari berbagai arah sehingga
ia menjadi sebutir intan, benda batten keras dan batten berharga di bumi.
مَا يُبَدَّلُ الْقَوْلُ لَدَيَّ وَمَا أَنَا بِظَلَّامٍ
لِّلْعَبِيدِ
Keputusan di sisi-Ku tidak dapat diubah dan Aku sekali-kali tidak menganiaya hamba-hamba-Ku.(Q.S. Qaf : 29)
Keputusan di sisi-Ku tidak dapat diubah dan Aku sekali-kali tidak menganiaya hamba-hamba-Ku.(Q.S. Qaf : 29)
- Jika kamu
mati, lalu nyawamu; intelektualitasmu; keunikan dirimu, hilang begitu
saja, seperti debu tertiup angin, hmm… saya kira tidak demikian. Jiwamu;
intelektualitasmu; keunikanmu itu terlalu keren untuk musnah begitu saja.
Kalau begitu, benar2 terbukti humanisme itu nonsense yah, hehehehe xD
- Orang-orang
atheis umumnya memandang diri mereka lebih pintar daripada orang-orang
beragama. Padahal, Tuhan sendiri memandang mereka itu lebih dungu daripada
manusia prasejarah zaman batu yang menyembah bintang-bintang. Ini masuk
akal karena manusia-manusia primitif ini terbatas secara logika, tetapi
jiwa dan iman mereka tidak buta. Mereka mengakui ada kekuatan besar di
luar diri mereka yang mengatur alam raya.
“Barangsiapa
mengandalkan pendapatnya sendiri, ia akan tersesat.” (Hadis)
“Otak bekerja
berdasarkan indera, tetapi nurani dapat melihat permata di dasar lautan.”
(Syaikh Abdul Qadir al-Jailani)
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُواْ وَالَّذِينَ هَادُواْ
وَالنَّصَارَى وَالصَّابِئِينَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَعَمِلَ
صَالِحاً فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ وَلاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ
يَحْزَنُونَ
Sesungguhnya
orang-orang mu’min, orang-orang yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang
Shabiin , siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah ,
hari kemudian dan beramal saleh , mereka akan menerima pahala dari Tuhan
mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih
hati. (Q.S. Al-Baqarah: 62)
*orang-orang shabiin
adalah para penyembah gemintang.
Allahua‘lam.
Allahua‘lam.
.
No comments:
Post a Comment