Salam
alaikum, Sobat Sarang..
Peristiwa Isra Miraj merupakan nikmat Allah yang tiada terkira
atas diri Rasulullah Saw. Peristiwa itu juga memperlihatkan kekuasaan Allah
yang sama sekali tidak terbatas. Suatu malam, Rasulullah melakukan Isra dari
Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha. Saat itulah Rasulullah menerima perintah
salat lima waktu. Umat Islam kemudian melaksanakan kewajiban ini sepanjang masa
pada waktu-waktu yang telah ditentukan. Peristiwa itu direkam dalam ayat-ayat
berikut:
سُبۡحَـٰنَ ٱلَّذِىٓ
أَسۡرَىٰ بِعَبۡدِهِۦ لَيۡلاً۬ مِّنَ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِ إِلَى ٱلۡمَسۡجِدِ
ٱلۡأَقۡصَا ٱلَّذِى بَـٰرَكۡنَا حَوۡلَهُ ۥ لِنُرِيَهُ ۥ مِنۡ
ءَايَـٰتِنَآۚ إِنَّهُ ۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡبَصِيرُ
Maha Suci Allah, yang
telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil
Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya [1] agar Kami perlihatkan kepadanya
sebagian dari tanda-tanda [kebesaran] Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha
Mendengar lagi Maha Melihat. (al-Isra`[17]:1)
Perjalanan itu kemudian dilanjutkan ke Sidratul Muntaha {dimensi
tertinggi}. Allah berfirman,
وَٱلنَّجۡمِ إِذَا هَوَىٰ (١) مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمۡ وَمَا غَوَىٰ (٢) وَمَا يَنطِقُ عَنِ ٱلۡهَوَىٰٓ (٣) إِنۡ هُوَ إِلَّا وَحۡىٌ۬ يُوحَىٰ (٤) عَلَّمَهُ ۥ شَدِيدُ ٱلۡقُوَىٰ (٥) ذُو مِرَّةٍ۬ فَٱسۡتَوَىٰ (٦) وَهُوَ بِٱلۡأُفُقِ ٱلۡأَعۡلَىٰ (٧) ثُمَّ دَنَا فَتَدَلَّىٰ (٨) فَكَانَ قَابَ قَوۡسَيۡنِ أَوۡ أَدۡنَىٰ (٩) فَأَوۡحَىٰٓ إِلَىٰ عَبۡدِهِۦ مَآ أَوۡحَىٰ (١٠) مَا كَذَبَ ٱلۡفُؤَادُ مَا رَأَىٰٓ (١١) أَفَتُمَـٰرُونَهُ ۥ عَلَىٰ مَا يَرَىٰ (١٢) وَلَقَدۡ رَءَاهُ نَزۡلَةً أُخۡرَىٰ (١٣) عِندَ سِدۡرَةِ ٱلۡمُنتَهَىٰ (١٤) عِندَهَا جَنَّةُ ٱلۡمَأۡوَىٰٓ (١٥) إِذۡ يَغۡشَى ٱلسِّدۡرَةَ مَا يَغۡشَىٰ (١٦) مَا زَاغَ ٱلۡبَصَرُ وَمَا طَغَىٰ (١٧) لَقَدۡ رَأَىٰ مِنۡ ءَايَـٰتِ رَبِّهِ ٱلۡكُبۡرَىٰٓ
Demi bintang ketika
terbenam, kawanmu [Muhammad] tidak sesat dan tidak pula
keliru, dan tiadalah yang diucapkannya itu [Al Qur’an] menurut
kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang
diwahyukan [kepadanya], yang diajarkan kepadanya oleh [Jibril] yang sangat
kuat, Yang mempunyai akal yang cerdas; dan [Jibril itu] menampakkan
diri dengan rupa yang asli, sedang dia berada di ufuk yang
tinggi. Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi, maka
jadilah dia dekat [pada Muhammad sejarak] dua ujung busur panah atau lebih
dekat [lagi]. Lalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya [Muhammad] apa yang
telah Allah wahyukan. Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya
[1]. Maka apakah kamu [musyrikin Mekah] hendak membantahnya tentang apa yang
telah dilihatnya? Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu
[dalam rupanya yang asli] pada waktu yang lain, [yaitu] di Sidratil
Muntaha [2]. Di dekatnya ada surga tempat tinggal, [Muhammad melihat
Jibril] ketika Sidratulmuntaha diliputi oleh sesuatu yang
meliputinya. Penglihatannya [Muhammad] tidak berpaling dari yang
dilihatnya itu dan tidak [pula] melampauinya. Sesungguhnya dia telah
melihat sebahagian tanda-tanda [kekuasaan] Tuhannya yang paling
besar. (an-Najm [53]:1-18)
Keesokan harinya Rasulullah menceritakan peristiwa itu pada warga Mekah. Kaum kafir Quraisy merasa heran dan tak percaya. Bagaimana mungkin Muhammad melakukan perjalanan dari Mekah ke Yerusalem pergi-pulang dalam semalam? Bagaimana mungkin? Sedangkan mereka membutuhkan waktu dua bulan--sebulan untuk pergi dan sebulan untuk pulang--untuk menempuh perjalanan yang sama. Tentu saja mereka tidak dapat memahami bahwa bagi Allah Yang Mahakuasa, tidak ada yang tidak mungkin.
Muth`im ibnu Adi
sendiri berkata,"Apa yang engkau katakan sebelum ini adalah persoalan
sepele. Tetapi tidak kali ini. Aku bersaksi bahwa engkau berdusta. Demi Lata
dan Uzza, aku tidak percaya kepadamu."
Beberapa orang segera mendatangi Abu Bakar dan menceritakan apa
yang mereka dengar dari Rasulullah. Abu Bakar pun segera mendatangi
Rasulullah dan bertanya,
|
"Wahai Nabi Allah, apakah benar engkau
datang dari Masjidil Aqsha tadi malam?"
"Ya," jawab Rasulullah.
"Kalau begitu, gambarkanlah kepadaku
ciri-cirinya. Aku pernah datang ke sana."
Rasulullah kemudian menggambarkan apa yang dilihatnya di Masjidil Aqsha. Pada setiap bagian, Abu Bakar selalu berseru,
"Engkau benar. Aku bersaksi bahwa engkau
utusan Allah."
Rasulullah berkata,
"Dan engkau, Abu Bakar, adalah
ash-shiddiq,'yang benar dan dapat dipercaya.'"
Sejak saat itulah Abu Bakar terkenal dengan julukan ash-shiddiq yang disematkan Rasulullah kepadanya. Sementara itu, menanggapi peristiwa Isra Miraj, orang-orang terbagi menjadi dua kelompok: mereka yang percaya dan mereka yang tidak percaya. Kaum kafir Quraisy termasuk kelompok yang kedua. Peristiwa itu justru mereka jadikan sebagai senjata untuk memperolok-olok Nabi habis-habisan. Sedangkan kaum mukmin merasa bahwa Isra Miraj merupakan penghormatan Allah kepada rasul-Nya. Mereka bertambah yakin akan kekuasaan Allah dan semakin mencintai Rasulullah.
Ada sekelompok orang
yang telah memeluk Islam, tapi belum memiiki iman yang kokoh. Bagi mereka ini,
peristiwa Isra Miraj benar-benar menguncang keyakinan. Mereka pun murtad dan
kembali ke kekafiran.
Adalah sebuah hikmah dari Allah bahwa peristiwa Isra Miraj
ternyata membersihkan umat Islam dari orang-orang yang bersikap
setengah-setengah dan ragu-ragu. Islam hanya layak dipeluk oleh orang-orang
yang kuat dan teguh memegang keimanan.
|
Merekalah teladan
paling tinggi dalam keimanan. Dan pada gilirannya nanti, mereka inilah yang
turut hijrah ke Madinah bersama Rasulullah dan mengambil peran penting dalam
perjuangan menegakkan Islam.
Ya Nabi, salam alaika,... Ya Rasul, salam
alaika....
Nah, Sobat Sarang...
demikianlah cara Allah menguji umat Islam masa awal. Bagaimana dengan kita,
umat Islam masa kini? Apakah hikmah Isra
Miraj ini mengandung ujian juga bagi kita sekarang? Jawabnya adalah: Ya. Seperti apa ujian Isra Miraj bagi kita masa kini? InsyaAllah,
akan saya sampaikan pada tulisan bagian kedua. So, stay tuned ya...!!
'Kan bukan hanya cerita silat yang boleh bersambung... hehehe :D
{Disadur dengan beberapa penyesuaian dari buku Khadijah Ummul
Mu`minin; Nazharat fi Isyraqi Fajril Islam karya Abdul Mun`im Muhammad
Umar. Diterbitkan di Indonesia oleh Pena Pundi Aksara, Jakarta pada tahun 2010
(cetakan IX) dengan judul Khadijah: The True Love Story of Muhammad.}
.
No comments:
Post a Comment