“Tawadhulah kepada orang yang tawadhu dan sombonglah kepada
orang yang sombong.”“Wahai Fulan, berusahalah agar kamu tidak menyakiti hati
seseorang, kecuali agama memerintahkan kamu agar menyakiti seseorang, maka
menyakitinya adalah ibadah.”
|
Demikian nasihat Syaikh Abdul Qadir al-Jailani dalam Kitab Al-Fathur Rabbani
wal Faidlur Rahmani yang digubah ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Menjadi
Kekasih Allah. Sebuah buku favorit saya dan insyaAllah akan saya tinggalkan
sebagai warisan bagi anak-cucu saya kelak. (Setelah Quran dan Sunnah Rasulullah
tentunya, hehehe)
Anjuran bersikap sombong kepada orang yang sombong di sini maksudnya agar kita menyadarkan seseorang dengan melakukan “tamparan” yang setimpal dengan perbuatannya. Ini berarti membuat orang sombong menyadari bagaimana rasanya menjadi korban kesombongan orang lain.
Jadi, kesombongan pura-pura yang kita perankan terhadap mereka adalah ibadah. InsyaAllah. Ini sesuai dengan hadis yang berbunyi, Innamal a’maalu bi niyaat, ‘ setiap amal dipandang dari niatnya'. Jika niat kita adalah baik, baik pula ganjaran yang kita peroleh. Bukankah, Allah Maha Mengetahui isi hati setiap insan? Allahu’alam.
Anjuran bersikap sombong kepada orang yang sombong di sini maksudnya agar kita menyadarkan seseorang dengan melakukan “tamparan” yang setimpal dengan perbuatannya. Ini berarti membuat orang sombong menyadari bagaimana rasanya menjadi korban kesombongan orang lain.
Jadi, kesombongan pura-pura yang kita perankan terhadap mereka adalah ibadah. InsyaAllah. Ini sesuai dengan hadis yang berbunyi, Innamal a’maalu bi niyaat, ‘ setiap amal dipandang dari niatnya'. Jika niat kita adalah baik, baik pula ganjaran yang kita peroleh. Bukankah, Allah Maha Mengetahui isi hati setiap insan? Allahu’alam.
“Jika kamu memberikan balasan, maka balaslah
dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi
jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang
sabar.” (QS. An-Nahl {16}: 126).
|
.
No comments:
Post a Comment