Islam itu berisi :

Islam itu berisi :

Tuesday, January 26, 2016

55. Tips Salat Khusyuk Ultimat: Satu di antara Banyak Cara



Salam alaikum, Sobat Sarang,
Menyambung sekaligus memantapkan pahaman kita pada postingan sebelumnya Tips Salat Khusyuk Tauhidi: Satu di antara Banyak Cara, berikut ini diketengahkan tips salat khusyuk versi ultimatnya. Dikatakan ultimat karena uraian berikut ini langsung dari narasumber utama Sarang, yaitu Syaikh Undang Siradj.
Padahal postingan sebelumnya bersumber dari ilmu sang guru juga sebenarnya...


Baiklah Sobat Sarang, semoga yang di bawah ini bermanfaat bagi dunia dan akhirat kita semua. Aamiin.
 

Untuk salat khusyuk, kita harus tahu apa yang dinilai dan dilihat Allah saat kita beribadah.

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ : إِنَّ اللهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَ أَمْوَالِكُمْ وَ لَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوْبِكُمْ وَ أَعْمَالِكُمْ
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda, ”Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa kalian, juga tidak kepada harta kalian, akan tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian”.

Karena Allah menilai kita dari hati, jadi bagaimana sebaiknya sikap hati kita pada saat salat? Apa boleh kita baca Fatihah (dan bacaan salat lainnya), sementara hati kita jalan-jalan ke mana-mana; ke selain Tuhan?

Belajarlah membersihkan hati dari apa yang ada dalam pikiran kita. Jika kita belum bisa membersihkan hati dari apa yang ada dalam pikiran, bagaimana bisa kita menghadapkan hati pada Tuhan?!

Kalau pikiran sudah bersih dari yang selain Allah, barulah hati bisa khusyuk. Sebab semua yang ada di dalam pikiran itu isinya nafsu semua. Alasan betapa kita perlu membersihkan hati dari segala yang ada dalam pikiran, itu karena Allah Mengetahui rahasia-rahasia yang ada dalam pikiran kita.
 
Yang dikatakan khusyuk itu menyatukan pikiran dan perasaan

Bagaimana caranya?
Diamkan perasaan. Otomatis pikiran bersih dari segala sesuatu.


Bagaimana mendiamkan perasaan itu?
jangan ditarik-tarik ke dalam atau ke luar. Bukan juga mendiamkan (atau menahan) napas, melainkan mendiamkan perasaan.

Kalau tidak bisa mendiamkan perasaan, tentulah kita mudah dipengaruhi oleh pengaruh-pengaruh batin. Inilah yang merusak hati sehingga tidak bisa khusyuk kepada Tuhan. Sebab pengaruh batin itu kebanyakan adalah nafsu, sedangkankan ibadah itu wajib lillahi ta'ala, bukan li nafsu!

Jadi,
setiap lillahi ta'ala, ibadah kita pasti billahi ta'ala (dengan Allah terus, tidak ada dengan yang bukan Allah.)
 - Syaikh Undang Siradj - 

UPDATE

Yang didiamkan itu perasaan, apa hubungannya dengan pusat (udel)? 
Bukankah letaknya perasaan itu di hati dan hati itu ada di dalam dada?

Begini, Sobat Sarang.. Perlu kita ketahui mengenai hadis berikut ini:

“Ingatlah bahwa dalam jasad ada segumpal daging jika ia baik maka baiklah seluruh jasadnya dan jika ia rusak maka rusaklah seluruh jasadnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati.”

Ingat juga bahwa dalam manusia itu terdiri dari 3in1: jasad--nyawa/jiwa/nafs--ruh. Sifat jasad itu binasa atau tanpa daya, jasad baru bisa bergerak dan hidup karena dipersatukan dengan ruh. Persis seperti robot dengan energi listrik penggeraknya.

Dari pertemuan jasad dengan ruh inilah munculnya jiwa atau nafsu pada manusia. Jiwa ini pada setiap manusia berbeda-beda, sifatnya unik pada diri masing-masing. Itu sebabnya karakter manusia itu berbeda-beda.

Kalau dianalogikan, jiwa atau nyawa atau nafs ini persis merk baterai pada robot tadi. Bisa beda-beda 'kan merknya?! :D Karena merk baterainya beda, ya beda juga hasil yang tampak dalam kinerja si robot.

Jadi, mohon bedakan jiwa (keunikan karakter setiap manusia) dengan ruh. Jiwa atau karakter setiap orang boleh berbeda-beda, tetapi ruh manusia dengan manusia lainnya itu sama, yaitu cenderung pada kebaikan (hanif).

Kaitannya dengan hadis di atas,
Yang dimaksud dengan hati berupa "segumpal daging" di hadis tersebut itu mengacu pada perasaan 
hati sanubari = jiwa = nafs, sedangkan yang diminta didiamkan dalam salat itu perasaan hati nurani (perasaan di dalam perasaan; perasaannya perasaan) = ruh.

Jadi makna hadis di atas bisa seperti ini:
Jika karakter atau jiwa seseorang itu baik, maka baik jugalah seluruh perbuatannya.

Nah, bagaimana supaya karakter atau jiwa atau hati sanubari yang ada di dada itu baik? Ya musti selaras dengan ruh.

Hati sanubari yang di dalam dada harus selaras dengan hati nurani yang di dalam pusat. Baru bisa betul diamnya perasaan, baru bisa betul khusyuk kita.

Lalu, di mana letaknya hati nurani atau ruh atau Nur Muhammad itu pada jasad kita?
Ya
di dalam pusat atau udel itu. Apa argumentasinya?
Di pusatlah pertama kali anak manusia menerima  makanan dan kehidupan (melalui plasenta). Di pusatlah titik tengah jasad manusia dari ubun-ubun hingga ke ujung kaki. Itu juga sebabnya syariat menganjurkan ketika salah itu posisi tangan itu di atas pusat, sedangkan posisi tangan di samping (di atas pinggang) itu khusus untuk salat dalam keadaan perang.

Allahua'lam.




No comments:

Post a Comment