Islam itu berisi :

Islam itu berisi :

Tuesday, January 26, 2016

61. Tauhid Islam Tidak Mengajarkan Pengesaan Tuhan


Sungguh berbeda: satu dengan esa.


Salam alaikum, Sobat Sarang...
Meskipun tulisan ini bukan sambungan langsung tulisan yang saya janjikan sebelumnya mengenai Ruh Qudus,insyaAllah, tulisan ini dan beberapa tulisan selanjutnya akan menjadi jembatan menuju pemahaman yang utuh mengenai kedudukan Ruh Qudus dalam pengesaan kita di hadirat Ilahi Rabbi. Amin.

  
Tauhid artinya mengesakan. Bukan mengesakan Allah. Allah sudah Esa. Akan tetapi, mengesakan segala sesuatu yang diciptakan Allah kepada Allah. Jadi jelasnya, tauhid itu mengesakan segala sesuatu, termasuk diri kita, kepada Allah Swt. karena yang ada pada segala sesuatu dan yang ada pada diri kita ialah sebenarnya Af'al (Perbuatan) Allah, Asma (Nama) Allah, Sifat Allah, dan Zat Allah.

Keempat macam inilah yang perlu kita kenal dan kita ketahui karena kenyataan hakikatnya itu ada pada kita, seperti
  1. Af'al Allah   : kenyataan hakikatnya pada diri kita adalah tubuh atau jasad kita;
  2. Asma Allah : kenyataan hakikatnya pada diri kita adalah hati;
  3. Sifat Allah   : kenyataan hakikatnya pada diri kita adalah nyawa;
  4. Zat Allah     : kenyataan hakikatnya pada diri kita adalah rahasia.  

Mengapa Zat dikatakan rahasia? Karena yang namanya Zat itu tidak berbentuk, tidak berwarna, tidak berbau, tidak bertempat, dan lain-lain. Karena Zat itu laysa kamitslihi syai'un, tidak ada seumpamanya. Ini  baru Zat, sedangkan Allah terlebih laysa kamitslihi syaiun. Ini sebabnya Rasulullah melarang memikir-pikirkan soal Zat Allah: bukan karena tidak boleh, melainkan karena memang tidak bisa! Ini baru Zat-Nya, apalagi Allah Pribadi: Sang Maha Pencipta. 


Memikir-pikirkan Zat Allah itu bukan tidak boleh, melainkan karena memang tidak bisa!

Memaksakan yang mustahil itulah yang menimbulkan penyimpangan dan melahirkan dosa.


Keempat macam yang ada pada segala sesuatu dan ada pada diri kita inilah yang perlu diesakan pada Allah. Bukan Allah-nya yang diesakan.

Kalau kita sudah tahu hakikat yang empat ini, bahwa 
Tubuh    hakikatnya Af'al Allah,
Hati       hakikatnya Asma Allah,
Nyawa   hakikatnya Sifat Allah, dan
Rahasia  hakikatnya Zat Allah
tentulah kita sadari, pada diri kita itu tidak ada tubuh, tidak ada hati, tidak ada nyawa, tidak ada rahasia. Yang ada adalah Af'al Allah, Asma Allah, Sifat Allah, dan Zat Allah. 

Inilah maksud sebenarnya perkataan "makhluk itu tidak punya wujud hakiki". Inilah makna sebenarnya  "sekalian makhluk itu fana di hadirat Ilahi Rabbi". Bukan mem-fana-fana-kan diri atau mengosong-kosongkan diri atau meniada-tiadakan diri, seperti yang dilakukan sebagian golongan tasawuf.


Makrifatnya, apa saja yang terpandang mata, semuanya itu adalah Af'al Allah: Perbuatan Allah.


Umpama:
Kita memandang sesuatu yang sudah kita kenal. Katakanlah kita sedang memandang gelas. Begitu kita memandangnya, tidak ada ragu lagi di hati kita bahwa itu adalah gelas. Begitulah pula kalau kita sudah kenal dengan Af'al Allah, mau apa lagi yang diragukan?

Orang yang sudah kenal gelas
tidak akan ragu menyebut
gambar di atas adalah
gambar gelas.

Bahkan kita tahu tiada satu makhluk pun di jagat raya ini yang bisa membuat tubuh nyamuk. Kalau kita sudah sadar tidak ada perbuatan makhluk, tentu perlulah kita sadari perbuatan siapakah itu?

Menurut para muwwahid (orang-orang ahli tauhid) untuk sempurna makrifat kita pada Allah Swt. dan sempurnanya musyahadah (persaksian) kita kepada Allah, hendaklah kita mengetahui tauhidul (jalan peng-esa-an) Af'al, tauhidul Asma, tauhidul Sifat, dan tauhidul Zat. Kalau dikaitkan dengan ibadah, jalan yang sampai kepada Allah Swt. itu syariat, tarikat, hakikat, dan makrifat. Inilah jalan pengenalan yang sampai kepada Allah Swt.

- Syaikh Sirad -
.

No comments:

Post a Comment