Islam itu berisi :

Islam itu berisi :

Tuesday, January 26, 2016

68. Pemberantasan Buta Hakiki (2/2)




Alquran selalu menceritakannya, tetapi banyak orang yang tidak paham dengan apa yang dibicarakan. Bagaimana memasang makrifat kalau tidak tahu? Semua ada di dalam kitab, tetapi tidak dijelaskan.

Kita ini hidup di dalam nyawa karena di sekitar kita ini ada zat asam. Kalau orang itu tidak tahu dirinya hidup di dalam nyawa, nyawa apa yang dipakainya hidup?


Hendaklah kemauan Allah yang kita ikuti, jangan kemauan kita sendiri. Hak kita hanya diam. Cobalah, kita sudah tahu Tuhan itu Zatnya zat, tidak bisa ditafsirkan (yang disebut Tuhan itu). Hak kita, hanya diam.

Banyak orang napasnya disiksa oleh dirinya sendiri. Dimasukkan ke sana-ke sini. Apa jadinya nanti? Sudah tahu Tuhan itu tidak bisa diumpamakan, tidak bisa dibandingkan. Cobalah diam. Habis-habisnya, dialah itu. Kita ini tidak ada apa-apanya. Semua dari Tuhan. Tidak ada satu pun yang dari makhluk. Jadi, hak kita itu diam.

Nur Muhammad (Nabi Muhammad) adalah kemahaesaan Tuhan. Laa ilaaha illa Allah Muhammad Rasulullah itu siapa? Nabi Muhammad itu asalnya nur. Itulah qadim. Turun menjadi nabi. Jadi, Muhammad Saw. itu nur semata-mata. Nur itu nyawa.

Sabda Nabi Muhammad Saw.
Ana li abuu arwaahi.
“Aku bapak (sumber) sekalian yang bernyawa.”
Nur itu rahasia Muhammad. Rahasia Allah itu ada di sama-tengah-hati. Maka manusia mahaesa dengan Tuhan. Yang di sama-tengah-hati itu adalah Rahasia Allah. Itulah tubuhnya Allah Ta’ala.


Zat itu Tubuh Tuhan dan Sifat Tuhan. Muhammad itu pembawaan ketuhanan semata. Manusia yang mengenal Allah dengan sebenar-benarnya mengenal, hanyalah Muhammad.


Tuhan tidak bersifat dan tidak berzat. Tuhan itu terlebih Mahasuci.Tuhan tidak bernyawa, tidak bersuara, dan tidak ada tafsirnya, tidak dingin, tidak panas, dan lain-lain. Cahaya Tuhan itulah yang bernama Allah. Yang tidak bernama itulah Tuhan atau Allah Pribadi. Nur Muhammad itu qadim, kalau lafal “Allah” itu baharu. Yang menjadikan dan yang dijadikan itu satu. Inilah rahasia Allah. Mukhalafah; tidak berwarna. Inilah Rahasia.



Salat itu untuk menyempurnakan iman, bukan untuk masuk surga. Dari iman dan taat inilah yang menimbulkan perasaan tertentu. Ibarat pintu tertutup dan ketika dibuka didalam ada orangnya. Baru kita percaya di balik pintu tertutup itu ada orangnya.


Perlu diketahui dan dipahami, manusia itu tidak mempunyai wujud hakikat. Sadarlah, yang dikatakan tidak mempunyai wujud hakikat itu apa maksudnya?

Maksudnya, tidak mempunyai diri. Kita dengan Tuhan tidak bercerai; tidak ada antaranya. Kalau sudah paham perkataan ini. Tentulah diri kita ini jasadnya Allah Ta’ala. Mengapa kita katakan jasadnya Allah Ta’ala?
Karena kembalinya hak kepada yang punya hak.

Kalau sudah kembali hak ke dalam genggaman Allah, bagaimana otak orang yang sempurna berpikir?
Otak orang yang sempurna berpikir, dia akan menemukan bahwa hakikat diri kita ini adalah Allah semata-mata. Bagaimana yang dikatakan Allah semata-mata itu? Hapus sekalian alam. Tidak merasa ada diri lagi.

Kalau mati jasmani, artinya bercerai rohani dengan jasad.

Perlu diketahui, mati rohani itu tidak bercerai Muhammad dengan jasad. Muhammad keluar dari jasad, hancur (menjadi satu) dengan jasad.

Kalau roh bercerai dengan jasad, busuklah jasad dan hancurlah jasad. Pengertiannya: Mati sekalipun, roh dan jasad tidak bercerai. Kalau roh tidak bercerai dengan jasad (meliputi jasad), amalan yang sebaik-baiknya yang mahaesa yaitu....

Perlu diketahui sebelum mati. Kalau tidak tahu, binatang boleh dikatakan mati. Kalau manusia, sabda Nabi Muhammad Saw., “Mati itu awal kehidupan.”
Berarti mati itu jasad dan ruh tidak bercerai. Hiduplah kita di Alam Barzah. Kalau tidak hidup, rasakanlah azab-azab kubur.

{Uraian pengajian hakiki oleh Syaikh Siradj}


.

No comments:

Post a Comment