Alquran selalu menceritakannya, tetapi banyak orang yang tidak
paham dengan apa yang dibicarakan. Bagaimana memasang makrifat kalau tidak
tahu? Semua ada di dalam kitab, tetapi tidak dijelaskan.
Kita ini hidup di dalam nyawa karena di sekitar kita ini ada zat
asam. Kalau orang itu tidak tahu dirinya hidup di dalam nyawa, nyawa apa yang
dipakainya hidup?
Hendaklah kemauan Allah yang kita ikuti, jangan kemauan kita sendiri. Hak kita hanya diam. Cobalah, kita sudah tahu Tuhan itu Zatnya zat, tidak bisa ditafsirkan (yang disebut Tuhan itu). Hak kita, hanya diam.
Banyak orang napasnya disiksa oleh dirinya sendiri. Dimasukkan
ke sana-ke sini. Apa jadinya nanti? Sudah tahu Tuhan itu tidak bisa
diumpamakan, tidak bisa dibandingkan. Cobalah diam. Habis-habisnya, dialah itu.
Kita ini tidak ada apa-apanya. Semua dari Tuhan. Tidak ada satu pun yang dari
makhluk. Jadi, hak
kita itu diam.
Nur Muhammad (Nabi
Muhammad) adalah kemahaesaan Tuhan. Laa ilaaha illa Allah Muhammad Rasulullah
itu siapa? Nabi Muhammad itu asalnya nur. Itulah qadim. Turun menjadi nabi.
Jadi, Muhammad Saw. itu nur semata-mata. Nur itu nyawa.
Sabda Nabi Muhammad Saw.
Ana li abuu arwaahi.
“Aku bapak (sumber) sekalian yang bernyawa.”
Nur itu rahasia Muhammad. Rahasia Allah itu ada di
sama-tengah-hati. Maka manusia mahaesa dengan Tuhan. Yang di sama-tengah-hati
itu adalah Rahasia Allah. Itulah tubuhnya Allah Ta’ala.
Zat
itu Tubuh Tuhan dan Sifat Tuhan. Muhammad itu pembawaan ketuhanan semata.
Manusia yang mengenal Allah dengan sebenar-benarnya mengenal, hanyalah
Muhammad.
Tuhan tidak bersifat dan
tidak berzat. Tuhan itu terlebih Mahasuci.Tuhan tidak bernyawa, tidak bersuara,
dan tidak ada tafsirnya, tidak dingin, tidak panas, dan lain-lain. Cahaya Tuhan
itulah yang bernama Allah. Yang tidak bernama itulah Tuhan
atau Allah Pribadi. Nur Muhammad itu qadim, kalau lafal “Allah” itu baharu.
Yang menjadikan dan yang dijadikan itu satu. Inilah rahasia Allah. Mukhalafah;
tidak berwarna. Inilah Rahasia.
Salat itu untuk menyempurnakan iman, bukan untuk masuk surga. Dari iman dan taat inilah yang menimbulkan perasaan tertentu. Ibarat pintu tertutup
dan ketika dibuka didalam ada orangnya. Baru kita percaya di balik pintu
tertutup itu ada orangnya.
Perlu diketahui dan dipahami, manusia itu tidak mempunyai wujud
hakikat. Sadarlah, yang dikatakan tidak mempunyai wujud hakikat itu apa
maksudnya?
Maksudnya, tidak mempunyai diri. Kita dengan Tuhan tidak bercerai; tidak ada antaranya. Kalau sudah paham perkataan ini. Tentulah diri kita ini
jasadnya Allah Ta’ala. Mengapa kita katakan jasadnya Allah Ta’ala?
Karena kembalinya hak kepada yang punya hak.
Kalau sudah kembali hak ke dalam genggaman Allah, bagaimana otak
orang yang sempurna berpikir?
Otak orang yang sempurna berpikir, dia akan menemukan bahwa hakikat diri kita ini adalah Allah semata-mata. Bagaimana yang dikatakan Allah semata-mata itu? Hapus sekalian alam. Tidak merasa ada diri lagi.
Kalau mati jasmani, artinya bercerai rohani dengan jasad.
Perlu diketahui, mati rohani itu tidak bercerai Muhammad dengan jasad. Muhammad
keluar dari jasad, hancur (menjadi satu) dengan jasad.
Kalau roh bercerai dengan jasad, busuklah jasad dan hancurlah
jasad. Pengertiannya: Mati sekalipun, roh dan jasad tidak bercerai. Kalau roh
tidak bercerai dengan jasad (meliputi jasad), amalan yang sebaik-baiknya yang
mahaesa yaitu....
Perlu diketahui sebelum mati. Kalau tidak tahu, binatang boleh
dikatakan mati. Kalau manusia, sabda Nabi Muhammad Saw., “Mati itu awal
kehidupan.”
Berarti mati itu jasad dan ruh tidak bercerai. Hiduplah kita di
Alam Barzah. Kalau tidak hidup, rasakanlah azab-azab kubur.
{Uraian pengajian hakiki oleh Syaikh Siradj}
.
No comments:
Post a Comment