Islam itu berisi :

Islam itu berisi :

Tuesday, January 26, 2016

15. Kemahaesaan itu Ada pada Rasulullah



Perlu dituntut manusia tentang kemahaesaan Tuhan yang ada pada Rasulullah. Sebab esanya Tuhan pada hamba itu ada pada Rasul. [Tulisan amat terkait sebelumnya: Ruh Qudus itu Muhammad Rasulullah dan Rasa Ketuhanan Allah yang Sahih.] Esanyat Tuhan pada hamba-Nya itu karena Ruh Qudus itu diri kita juga. Yang menjadikan dan yang dijadikan itu satu.


Islam ini ketuhanan yang mahaesa. Wajib jasad dibersihkan. Disimpan di tempat yang aman. Induk akhirat itu maharuang. Kalau tidak ada nahwu dan tafsir, tidak akan jalan tasawwuf dan filsafat. Karena nahwu dan tafsir itu mengajarkan paham. Jalan ilmu itu bagaimana? Asah akal dengan pemikiran. Berpikirlah. Iqra-lah.


Firman Allah Swt. dalam Quran:
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ
Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia.[Q.S. Asy-Syura:11]


Tiada seumpama dengan sesuatu. Tentulah Allah itu tidak bertempat. Karena setiap yang bertempat itu sesuatu [makhluk], sedangkan Allah itu Pencipta segala sesuatu.
#think!



Allah itu Wujud Wajibal Wujud: Yang Wajib ADA. Bukan wujud jaizal wujud: yang mungkin ada [ini untuk makhluk; boleh di-ada-kan Alah, boleh juga tidak di-ada-kan Allah]. Allah itu tidak ada yang meng-ada-kan-Nya. ADA dengan Sendiri-Nya. Itulah yang disifatkan dalam Sifat 20. Terdahulu ADA-Nya, tidak ber-awal; tidak ber-akhir. Jadi tidak sama Zat-Nya dengan zat baharu [makhluk]. Zat yang Qadim, tentu Sifat Qadim juga yang ada pada-Nya. Kalau zat baharu, tentu sifat baharu juga yang ada padanya [pada sekalian makhluk].
*) jadi kalau ada orang sok makrifat bertanya, "Ketika kapankah qadim menjadi baharu itu pada kita?" Inilah pertanda kekafiran di dalam keislaman orang itu. -Mux-


Itu makanya baharu itu bukan tempat Qadim; Qadim bukan tempat baharu. Maka Zat Allah itu tidak bersuku-suku, tidak berbagi-bagi*). Tentulah Zat Allah itu tidak berdiri pada selain-Nya. Zat Allah hanya berdiri pada Allah.


*) inilah bedanya prinsip Tauhid Islam dengan prinsip emanasi: akidah kaum kebatinan syirik, seperti kabbalah yahudi ingkar, agama-agama dengan dewa-dewi, kejawen, dan kalangan makrifat mabuk-abangan lainnya. Mereka berpikir secara kafir, yaitu memandang bahwa Tuhan itu memecah Diri-Nya menjadi sekalian alam dan makhluk. Itulah keesaan a la kesetanan laknatullah. -Mux-


Allah tidak datang-pergi; tidak gelap-tidak terang; tidak naik-turun; tidak keluar-masuk. Maka Allah jangan disamakan dengan napas. Ingat, apa yang kita buat, itulah yang kita dapat. Kalau kamu buat napas keluar itu sebagai "Allah" dan napas masuk itu "Hu", akhirul kalam kamu akan disiksa oleh napas.

Maka perlulah dituntut/dicari kemahaesaan Tuhan itu. Jangan napas yang jadi pegangan. Kemahaesiaan itu Tuhan itu hanya ada pada Rasulullah. Jangan lupa, Ruhul Qudus itu diri kita juga. Diri zahiriyah/jasadi kita ini wujud berdosa, mengapa tidak mau berpegang pada wujud yang tidak berdosa? Sudah satu jasad dengan Rahasia [Ruhul Qudus] itu, yakni dengan yang di sama-tengah hati.


Yang tidak sadar dengan dirinya itu siapa? Firaun. Dalam bertauhid, dalam shalat, zikir, dan dalam ibadah apa saja, sadar diri inilah sadar billah. Maksudnya, hendaklah kita merasakan dengan sadar bahwa segalanya itu dengan Allah. Orang sadar-billah tidak akan merasakan ada perbuatan dirinya dalam segala gerak-geriknya. Orang sadar-billah akan merasakan dalam gerak-geriknya dengan Allah.


Terapkan dalam batin kita. Karena di dalam batin hati ada sifat hayat, ada sifat ilmu. Kembali hayat, kembali ilmu. Siapa yang hidup? Siapa yang mengtahui itu? Laa mawjudun illallaah. Karena yang batiniyah itu wujud ma'ani, sedangkan yang zahiriyah itu wujud maknawiyah. Sadari kedudukan ma'ani dan maknawiyah itu.


Siapa tidak bisa merasakan yang ada di dalam batin hatinya, tidak akan bisa mengatasi nafsu ananiyyah [nafsu laknatullah di Q.S. al-A`raf:12]
.

Syaikh Sirad



Selanjutnya di Sarang Muxlimo: Kalimah tauhid yang akan meningkatkan kelas Anda dari muslim menjadi mukmin dan sebenar-benarnya da`im. insyaAllah.


No comments:

Post a Comment