Islam itu berisi :

Islam itu berisi :

Monday, January 25, 2016

46. Oleh Karena Engkau, Beginilah Aku


Ushul Hakiki

Hamba ini kemahaesaan Tuhan, maka perlu hamba dan Tuhan itu Mahaesa. Kalau sudah Mahasuci, tentulah tidak ada syiriknya dan tidak mempersekutukan Tuhan. Kemahaesaan inilah yang perlu kita jaga. Dalam kehidupan hamba Allah, kemahaesaan-Nya tidak ada matinya sampai kapan pun.

Mengapa tidak ada matinya?
Karena dunia-akhirat dan di mana saja, semuanya pendirian Allah Subhanahu wa ta`ala. Pendirian Allah itulah menunjukkan Allah Berdiri dengan Sendiri-Nya.

Allah itu Qadim azali, tetapi meliputi sekalian alam. Zat-Nya, Sifat-Nya, Asma-Nya, Af`al-Nya, semuanya ada di dalam alam. Sekalian alam [baharu alam] mengambil ruang. Ruang itu adalah yang Kosong. Dalam Kosonglah berbagai-bagai jenis alam itu ada.
 
Ingatlah, Kosong itu tidak bisa dikatakan alam, melainkan Kosong itu tubuhnya alam.

Yang Kosong itulah Tubuhnya Allah Ta`ala atau Af`al-Nya [Q.S. Fushilat:54]. Af`al itu Tubuh dan Tubuh itu Jasad. Kita harus ingat, Jasad Allah itu Qadim dan Jasad-Nya yang Qadim itu Suara-Nya [Kalam].

Begitulah kehidupan kita ini seperti kehidupan ikan di dalam air. Ikan dan air tidak bisa becerai. Begitulah tubuh dengan nyawa, kalau tidak ada ruang tempat ber-ada-nya, tentu tidak bisa berada. Jadi keber-ada-an kita ini memerlukan ruang. Pahamilah masalah ruang. Bukankah di sekolahan saja juga ada ilmu ukur ruang?! 

Sabda Nabi:
Af`alu nuurun fil qalbi yufarrikun bihii bainal haqqi wal bathil

"Akal ialah cahaya yang ada di dalam hati yang dapat membedakan antara yang haq dan yang bathil"
 


Di dalam hati ada cahaya, tentulah ada yang berdiri pada cahaya itu. Seperti: cahaya lampu terang. Pasti ada yang di dalam terang itu, yaitu kawat lampu. Yang ada di dalam hati pada pertengahan hati itu adalah Nur Muhammad. Nur Muhammad inilah tubuh [kita] yang batin yang dikatakan "ada di sama-tengah hati". Inilah diri kita yang dinamai Ruhul Qudus; inilah Rahasia yang ada di sama-tengah hati. Sama-tengah hati inilah perhimpunan tubuh, hati, nyawa, rahasia: yaitu perhimpunan diri.

Perhimpunan semua yang ada pada diri kita itulah Ruh Qudus. Di sinilah kita menyatukan zahir-batin: di sama-tengah hati; satu dengan Ruh Qudus. Jika sudah satu, akan bercahaya diri kita seperti kehidupan pelita. Begitulah dia.

Dalam takbir ihram, semua berhimpun dalam Rahasia yang ada pada sama-tengah hati. Jangan dihimpun-himpunkan lagi. Memang sudah begitulah adanya.

Shalat itu hendaknya kita berkhidmat pada Allah. Jangan terpengaruh dengan yang terpandang-pandang; jangan terpengaruh dengan yang terlintas-lintas; jangan terpengaruh dengan yang datang-datang, semua itu merupakan bala` yang akan merusak shalat kita. Apabila sampai masuk pengaruh-pengaruh sedemikian itu, akan menimbulkan bahaya bagi diri.

Sama-tengah hati ini perhimpunan tubuh-hati-nyawa-rahasia, sedangkan yang terpandang-pandang, terlintas-lintas itu bukan tempat perhimpunan. Perhimpunan diri itu Ruh Qudus yang di dalam sama-tengah hati. Di dalah hati itu Rahasia Allah. Berhimpunlah pada Ruh Qudus karena segala-galanya berhimpun di situ. Tandanya kita sudah berhimpun:
bercahayalah diri kita. Seperti kehidupan pelita diri kita.

Jika kita berada dalam situasi kepepet [terpojok], betulkan makrifat kita. Baqa billah-kan. Akan terjadi pada diri kita itu tidak kelihatan [hilang[1]], seperti bola lampu yang kuat terangnya, tidak akan kelihatan kawatnya. Seperti besi panas: hilang besinya hanya bara yang tampak. Begitulah kita berkhidmat pada Allah dalam shalat dan zikir. Kalau diri kita sudah hilang, akan timbul zikir "memuji Diri-Nya Sendiri". Di sinilah kita dapat belajar dengan Ruh Qudus [Q.S. al-Maidah:110 dan al-Kahfi:65].

Masukkan diri kita ke dalam diri. Maksudnya, masuklah ke sama-tengah hati. Sesungguhnya Ruh Qudus itu diri kamu juga [Q.S. Adz-Dzariat:21]. Diri Ruh Qudus itu tidak kelihatan, tetapi diri yang tidak kelihatan itu diri kita juga. Diri yang tidak kelihatan itulah Ruh Qudus, Diri Yang Mahakuasa. Maka itulah dikatakan,"Ruh Qudus itu Rahasia Yang Mahakuasa."

Sama-tengah hati itulah tempat husnul khatimah. Masukkanlah zahir-batin kita dalam husnul khatimah. Tuhan membuktikan Kemahaesaan Diri-Nya, di-ada-kan-Nya Zat-Sifat-Asma-Af`al-Nya menjadi sekalian alam. Itulah sebabnya alam itu Rahasia Tuhan. Jika kita sudah ketahui yang dinamakan Rahasia Tuhan, tahulah kita bahwa Tuhan itu tidak ber-Zat, tidak ber-Sifat, tidak ber-Asma, tidak ber-Af`al. Yang ber-Zat, ber-Sifat, ber-Asma, dan ber-Af`al itu alam, bukan Diri Tuhan. 
Tuhan menjadikan Zat dan Sifat, 
tentulah Tuhan bukan Zat-Sifat.
Sifat Wujud itu teristimewa hanya bagi Mahasuci saja, yaitu dari sifat Wujud sampai Wahdaniyah. Pada lingkup tersebutlah [dari Wujud sampai Wahdaniyah]  isinya cerita yang Qadim saja. Kalau cerita ke atas itu cerita Nur. Dan di atasnya lagi itu cerita Nuurun `ala Nuurin. Kalau paham Nuurun `ala Nuurin, yang tertinggi Cahaya Tuhan. Asal manusia, Tuhan.

Yang kedua, Nur. Nur diperintahkan naik. Tuhan sembunyi di tempat yang suci [di Nuurun `ala Nuurin] dan Muhammad sembunyi di dunia. Allah Ta`ala bukan alam, melainkan wallahua'lam bishawab. Allah Ta`ala itu Berdiri dengan Sendiri-Nya. Mahasuci: tidak ada warna-Nya. Dia mukhalafah. Ada beberapa lam  yang tidak dapat diketahui:
 
  1. Laa ya`rifu zaatuk illallah;
  2. Laa yaskuru illallah;
  3. Laa mawjudun illallah;
  4. Laa ilaaha illallah;
  5. Laa hawla wa laa quwwata illa billah;
  6. Laqadja`akum Rasuulun min anfusikum;
  7. Laa tudrikuhul abshar.
Yang tujuh ini tidak ada yang tahu. Laa ilaaha illlallah Muhammad Rasulullah itu laysa bi harfin wa laa shautin. Sirr di dalam hati artinya dia yang bergerak. Inilah perasaannya perasaan; 40.000 tahun tuanya daripada ingatan. Yang bisa memeliharanya hanya shalat.

Nyawa Muhammad itu Nur. Ada kalanya kita becerai dengan Tuhan, tapi berapa lama kita tidak bercerai dengan Tuhan? Oleh karena Tuhan itu Qadim Azali, sedangkan kita ini muhaddas, beginilah keadaan kita.


Ada kalanya kita becerai dengan Tuhan,
tapi berapa lama kita tidak bercerai dengan Tuhan?

"OLEH KARENA ENGKAU, BEGINILAH AKU."
[2]

Syaikh Undang Siradj
[1]Ingat riwayat ini:
Dalam ayat di atas Allah SWT mengingatkan Rasulullah saw tentang makar yang dilakukan kaum Quraisy ketika secara rahasia mereka membuat rencana di Darun Nadwah untuk menangkap dan memenjarakan Rasulullah saw. atau membunuh Rasul secara beramai-ramai, atau mengusir Rasul dari Makkah.

Sejarah mencatat, rapat makar mereka kepada Rasulullah saw di Darun Nadwah berbuah putusan untuk menghabisi nyawa Rasul dengan cara mengirim pasukan khusus yang terdiri dari wakil masing-masing kaum, lalu membunuh Rasulullah saw. secara bersama-sama supaya tidak ada tindakan balasan dari Bani Hasyim, keluarga Rasulullah saw., karena tidak mungkin Bani Hasyim melawan dan menuntut balas kepada seluruh keluarga dari kaum Quraisy.

Itulah makar yang mereka buat untuk Rasulullah saw. Sehingga malam itu juga mereka telah mengepung rumah Rasulullah Saw. Namun Rasulullah Saw. yang mendapatkan bocoran makar mereka dari Allah SWT dan mendapatkan perintah keluar dari rumah dan hijrah ke kota Yatsrib/Madinah, langsung memerintahkan Ali bin Abi Thalib, sepupu beliau saw. yang tinggal serumah dengan beliau untuk tidur di tempat beliau saw. Lalu dengan izin Allah SWT, beliau saw. keluar dari rumah tanpa sepengetahuan pasukan khusus itu.
Mata mereka ditutup oleh Allah SWT sehingga Rasulullah saw. lolos dari kepungan mereka. Pagi harinya pasukan khusus itu memasuki rumah beliau saw tidak menemukan Rasulullah saw. Mereka hanya menemukan Ali bin Abi Thalib r.a.

Kisah ini dimuat dalam al-Qur’an. Allah SWT berfirman, “Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.” [Q.S. al-Anfal: 30]
[kembali]

[2]:
Seandainya kalimat yang diucapkan al-Halaj ketika itu kalimat seperti di atas. Niscaya tidak seorang pun akan memenggal kepalanya. Allahua'lam. [kembali]


.

1 comment: