Islam itu berisi :

Islam itu berisi :

Tuesday, January 26, 2016

34. Isi Perkataan Allah dan Zatul Buhti



Kamu menyebut "Allah". Mengapa kamu menyebut "Allah"? Apa isi perkataan itu? Biasa kita lihat ada orang pulang bekerja dalam keadaan letih. Ketika ia duduk dan bersandar ke dinding, ia gumamkan, "Allah...." Apakah perkataan "Allah" isinya capek? Ada juga orang yang sedang mengalami kesusahan hidup. Ia juga berguman, "Allaah...." Masak perkataan "Allah" isinya kesusahan dan keluh kesah?!

Jadi sebenarnya apa isi perkataan "Allah" itu?

Zat-Sifat-Asma-Af`al itulah isi perkataan "Allah" itu. Lihatlah pada sekalian alam. Semuanya—termasuk diri kita—mengandung Zat-Sifat-Asma-Af`al. Itulah Allah. Wajar kita berkata "Allah" karena kata "Allah" itu [Nama] Kebesaran Tuhan.

Jadi setiap kebesaran Tuhan itulah yang disebut "Allah".

Coba dipahami dalam kalimah tauhid: Laa ilaaha illallaaah. Tiada Tuhan melainkan Allah alias Tiada Tuhan melainkan Kebesaran-Nya [ada pada segala sesuatu]. Karena sudah nyata yang ada pada sekalian alam, baik alam dunia maupun alam akhirat, yang ADA hanya Zat-Nya, Sifat-Nya, Asma-Nya, dan Af`al-Nya.

Jadi, ketahuilah mengenai Allah dan Tuhan ini. Jangan sampai kita tidak sadar selama ini sudah menyembah Nama, bukannya menyembah Tuhan Yang Tidah Bernama. Uraian ini untuk menaikkan derajat dirimu.

Zatul Buhti Bukan Nama Tuhan

Kebanyakan orang berpandangan bahwa yang dinamakan Zatul Buhti itu Nama Tuhan. Bagi orang tauhid, Tuhan tidak bernama. Jika manusia bernama; Tuhan pun ber-Nama, berarti Tuhan sama dengan manusia. Yang sama dengan manusia, bukan Tuhan. Inilah tauhid. Karena Quran jelas-jelas menyatakan laysa kamitslihi syai`un; Tuhan tidak ada persamaan dengan makhluk.

Zatul Buhti itu artinya Zat semata-mata alias Zat Mutlak.


Manusia bertangan-berkaki. Kalau kita katakan Tuhan ber-Tangan dan ber-Kaki, tentulah sama dengan manusia. Yang sama dengan manusia, bukan Tuhan. Manusia berwajah. Kalau kita katakan Tuhan ber-Wajah, tentulah sama dengan manusia. Yang sama dengan manusia, bukan Tuhan. [Maka akhi wal ukhti di muslim.or.id dan situs-situs afiliasinya serta seluruh wahabi-salafy sedunia dan setiap manusia yang berpaham sama dengan mereka adalah segerombolan manusia yang berhukum dan berakhlak secara Islam, tetapi berakidah secara kafir laknatullah (kata si Mux, yeuh!)]

"Jangan kau sembah Zat-Ku; Jangan kau sembah Sifat-Ku; Jangan kau sembah Asma-Ku; Jangan kau sembah Af`al-Ku. Sembahlah AKU." [Hadis Qudsy]

"Man abdal Asma faqad kafar; man abdal ma'na munafiqun"
Siapa menyembah Nama, kafir; siapa menyembah makna, munafik.


Jadi, Tuhan itu jangan dimacam-macamkan lagi. Cukup kita yakini Tuhan itu ADA.


Syaikh Siradj







BEDA ALLAH DAN TUHAN [UPDATE] @ FB : Sarang Muxlimo: pojok tauhid

Allah Mahasuci. Allah itu sekadar Nama saja, BUKAN Tuhan.
Tubuh-Nya mana? Mahasuci itulah Tubuh-Nya.

Untuk para salik:Tuhan mentajallikan Cahaya Diri-Nya, tentulah IA terlindung oleh Cahaya-Nya karena Tuhan itu Zat-nya Zat [Rabbul Izzati]. Maka, satulah semua Sifat-Nya. 

Cahaya Tuhan tidak punya warna-warni. Meliputi langit dan bumi. Cahaya Diri Tuhan itulah Zat Mutlak. Inilah Rahasia Diri Tuhan. Dinamailah Rahasia Diri Tuhan atau Cahaya Diri Tuhan itu ALLAH.

Jadi, ALLAH itu Nama kebesaran Zat Mutlak yang bersifat Jalal. Dari yang bersifat Jalal inilah diadakannya yang bersifat Jamal. Pada sifat Jamal-Nya dinyatakan sifat Kahar-Nya. Setelah itu disempurnakan-Nya semua kejadian itu pada sifat Kamalat-Nya. 

Maka dalam kalimat tauhid itu sudah terkandung Sifat Jalal, Jamal, Kahar, Kamalat. Nyata senyata-nyatanya ada pada sekalian alam bagi yang paham. Yang sudah paham dengan musyahadah saja, tidak terhitung-hitung banyaknya.

[Syaikh Siradj]


Sebelum ada makhluk, DIA [Tuhan] sendirian; TAK ADA NAMA sebab siapa yang mau manggil Tuhan atau Allah, lha hanya DIA sendiri yang ADA.
Terus, DIA Berkehendak untuk dikenal, maka diciptakan makhluk.. TAPI sebelum langsung ke makhluk, diwujudkan-Nya dulu Cahaya Diri-Nya [Ini yang kemudian disebut Nur Allah atau Zat-Nya].

Nah, Cahaya Diri Tuhan inilah yang diberi nama kebesaran: ALLAH. [Q.S. Nur:35 dan Fushilat:54]
Inget, aslinya sih kata "ALLAH" itu bukan Nama bagi Tuhan. Asma ALLAH disebut Ismu Zat = Nama bagi Zat, bukan Nama bagi Diri Pribadi Yang TakBernama. Tapi.. jangan lupa, bahwa Cahaya Diri dengan Pemilik Cahaya itu kan ESA. Jadi kalau kita sudah paham ini.. kita nyebut Allah udah langsung mengacu ke Diri Pribadi TakBernama itu. 

Pahaman di atas diperkuat dalil hadis Qudsy: "Jangan kausembah Zat-Ku, Sifat-Ku, Asma-Ku, Af`al-Ku, tapi sembahlah AKU.

ZAT-SIFAT-ASMA-AF`AL  = NUR = [TUBUH] MAHASUCI

[Ini makanya prihatin kita, kalau umat Islam tidak tahu kedalaman prinsip tauhid ini, bisa-bisa selama ini sebagian besar umat Islam baru sampai menyembah Nama Tuhan, belum menyembah Tuhan langsung. Kan Allah minta dikenal, bukan sekadar minta dipanggil Nama-Nya. [Tafsir Q.S. Adz-Dzariat:56]

"Man abdal Asma: faqad kafar; Man abdal Ma'na munafiqun"
Siapa menyembah Nama, kafir; Siapa menyembah makna; munafik.


YANG MAHAKUASA [TAK BERNAMA] ==mewujudkan Cahaya Diri-Nya==> jadilah NUR ALLAH [ZAT MUTLAK] 
                                                                                                                              ||
                                                              NUR ATAU ZAT-NYA INILAH YANG DINAMAI "ALLAH"

[Nah, kalau di postingan blog disebutkan NUR ATAU ZAT, artinya kita mengacu ke yang sebelah kanan itu. Kalau langsung disebut Tuhan, artinya pembicaraan sedang langsung menuju Diri Pribadi Allah, bukan mengacu pada Cahaya Diri-Nya. Tapi, jangan dianggap bahwa Tuhan dan Cahaya Diri-nya ini terpisah. Tuhan dan Cahaya Diri-Nya itu ESA.

Nah, kalau sudah paham ini, kamu memanggil Diri Pribadi Yang TakBernama dengan panggilan "ALLAH" sudah sah dan tidak menyembah Cahaya Diri, melainkan langsung menyembah Pribadi Pemilik Cahaya Diri itu. Mudah-mudahan paham. Aamiin.]

Skema penciptaan lengkapnya begini:
YANG MAHAKUASA [TAK BERNAMA] ==mewujudkan Cahaya Diri-Nya==> jadilah NUR ALLAH [ZAT MUTLAK] ==karena Nur ini lebih dahsyat dari api neraka sekali pun, perlu ditabiri agar bisa ada kehidupan makhluk, dari Nur Allah ini diwujudkan lagi ==>NUR MUHAMMAD==karena ditabiri Nur Nabi kita inilah baru bisa ada kehidupan makhluk==>jadi alam semesta [Arsy, Lauh Mahfuzh, alam dunia, alam jin, alam barzakh, alam akhirat termasuk surga-neraka, termasuk diri kita semua].

Inilah makna hakiki dari hadis-hadis Qudsy berikut:
"Jika bukan karena engkau Muhammad, tidak akan Ku-ciptakan sekalian alam"
"Yang pertama diciptakan Allah itu Cahaya Nabi-Mu, yaa Jabir."
  

Kaitan dengan kalimah:  "tiada TUHAN, melainkan ALLAH"
Tiada Tuhan, melainkan Yang Mentajallikan Zat-Nya, Sifat-Nya, Asma-Nya, dan Af'al-Nya sebagai TEMPAT bagi sekalian alam beserta segala isinya.    

Kaitan dengan Man Rabbuka:
  [dalil mengatakan] Ketika ditanyakan itu oleh malaikat, mulut dalam keadaan terkunci. Anggota tubuh yang bersaksi dan "berbicara". Tentu berbicaranya dengan bahasa tubuh lagi. 
Ketika ditanya Man Rabbuka?
orang islam yang selama hidup bersyariat, jari telunjuk kanannya bisa menunjuk seperti dalam tahiyat.
orang islam yang selama hidup tidak bersyariat, tidak bisa lakukan itu. Apalagi yang nonmuslim.

orang islam yang selama hidup bersyariat dan mengenal sebenar-benar Rabb-Nya, akan menjawab dengan cara lain yang membuat malaikat terpana. :D

[uraian ini berdasarkan bimbingan guru tauhid saya, Syaikh Siradj]

Allahua'lam.

Peringatan keras: 
 Kaji di atas jangan dipandang sebagai prinsip emanasi yang dipegang orang di luar Islam tentang ketuhanan ya.

    1. Emanasi = Tuhan memecah Diri-Nya jadi makhluk2. hulul dan ittihad itu. 
    2. Hulul dan ittihad = penyatuan, atau peleburan Tuhan dan manusia. Hulul dan ittihad 
Yang diajarkan Rasulullah Saw. itu: Allah, Cahaya Diri-Nya, Nur Muhammad, sekalian alam itu ESA bukan bersatu, bukan menyatu, bukan melebur, bukan memecah, melainkan esa. 

Air asin dan air tawar di muara sungai bercampur tapi tidak satu; satu tapi tidak bercampur. Begitulah Nur Ilahi dengan Nur Muhammad. Asal kita sudah tahu pahaman ini, cukuplah. Tidak bingung lagi soal kedudukan Nur Ilahi dengan Nur Muhammad Kenal ini, sudah selamat. InyaAllah. 

Boleh diperhatikan, kalau ada satu wilayah tidak ada satu pun yang mengenal Tubuh Zahiru Rabbi, lihatlah kehidupan wilayah itu akan papa: susah penghidupan dan banyak bencana.


SIMPULAN:
 "ALLAH" ITU BUKAN NAMA TUHAN, MELAINKAN NAMA KEBESARAN BAGI ZAT-NYA ATAU CAHAYA-NYA (NUR ILAHI). 

MESKIPUN DEMIKIAN, ORANG YANG SEMPURNA PENGENALANNYA (MAKRIFAT), DIA AKAN BERKATA,"ALLAH ITU TUHAN, TUHAN ITU ALLAH" KARENA TAHU BAHWA TUHAN DAN CAHAYA DIRI-NYA ITU ESA.

original: Fardhu 'Ain dan Jalan Istiqamah dalam Pengetahuan Hakiki |Pusaka Madinah http://www.pusakamadinah.com/2013/02/fardu-ain-istiqamah-pengetahuan-hakiki.html#ixzz2MMxVlkWW 


.

7 comments:

  1. Begitulah percakapan org yg sudah mengenal

    ReplyDelete
  2. asalamualaikum,alhamdulilah..terimakasih atas postingannya..yg bermanfaat ini..semoga semuanya yg ada di kajian ini selalu di rahmati alloh..aamiin..dn semoga semua umat islam dimanapun berada..di mudahkan dlm menimba ilmu alloh,mohon maaf bila bahasanya kurang baik...wasalamualaikum..

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah skrup dan bautx pas..man arafanagsahu faqad arafarabbahu tks salam takzim

    ReplyDelete
  4. Bismillah subhanallah alhamdulillah lailahaillallah wa allahu akbar...

    ReplyDelete
  5. Wa lillāhil-asmā`ul-ḥusnā fad'ụhu bihā wa żarullażīna yul-ḥidụna fī asmā`ih, sayujzauna mā kānụ ya'malụn

    Artinya: Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.


    Ada2 aja abang ini. Allah SWT adalah nama Nya, nama Tuhan kita sebagai kaum muslimin.. Allah SWT memiliki asmaul husna yaitu nama2 yang baik. Perkataan ALLAH dengan asmaul husna itu berbeda, jadi ketika kita mengucap Asma ALLAH bukanlah dikatakan menyembah nama, terkecuali kita sebut yaa qohar terus menerus dengan tujuan arti dari qohar tersebut dan melupakan ALLAH SWT adalah pemilik asma tersebut.. disitu lah terjatuh nya pada suatu yg dikatakan penyembahan nama.. begitu juga tiap2 asmaul husna lain nya..
    Maka itu kembali pada ayat diatas, "tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya"

    Abang menjelaskan bahwa bahwa Dia sesuatu yang tak bernama itu lah Tuhan karena setiap yg bernama mirip dengan mahluk.. jadi jika kita cerna lagi esensi apa yg abang pikirkan ketika Dia yang tak memiliki makna itu abang sembah.. apakah membenarkan bahwa Dia tak bernama itulah tuhan.. itu sama saja abang jatuh kedalam penyembahan karena sebuah nama yg tak bernama..

    Lebih baik abang kembali kepada tauhid menyembah Tuhan yang disembah Nabi Muhammad SAW,
    Saya rasa itu lebih baik dan dapat terfokus dari pada menyembah karena esensi menyembah tuhan yang tak bernama..

    Nama ALLAH dalam alquran ada 2697 kali
    Ditambah juga abang sering2 baca Alqur'anul Qarim
    Refrensi saja buat abang dan pembaca :

    Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.

    Sesungguhnya Aku adalah Allah, tidak ada tuhan selain Aku. Maka, sembahlah Aku dan tegakkanlah salat untuk mengingat-Ku.

    Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.

    Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar

    Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam

    ReplyDelete