Adalah sebuah keniscayaan jika manusia sering tidak sadar telah
berada dalam perangkap setan. Soalnya, kita tidak bisa melihat mereka,
sedangkan mereka asyik ajojing di depan kita.
Dalam salah satu bukunya, Muhyiddin Ibnu Arabi menyatakan
beberapa ciri manusia yang dikuasai jin fasik (setan).
·
Tidak menerima
eksistensi jin alias tidak percaya jin itu ada.
Meskipun mereka mengatakan bahwa inilah yang mereka yakini
dengan alasan bahwa orang-orang telah bodoh menerima konsep jin sebagai ide
yang dipaksakan agama. Padahal justru jin mengajari mereka mengingkari adanya
jin. Itu agar orang yang dikuasainya tidak menyadari penyimpangan pola pikirnya.
Permainan logika di sini:
"Kalau Jin itu tidak ada, buat apa
dilawan. Karena Jin itu tidak ada, bisikan-bisikan yang kudengar dari dalam
diriku pasti bukan dari Jin, makhluk laknat itu."
|
·
Tidak menyadari; tidak
merasa sedang berhubungan secara intens dengan jin.
Biasanya ini terjadi pada orang-orang yang merasa telah
mengalami "pengamalan spiritual". Mereka selalu beranggapan bahwa
segala pengalaman luar biasa yang mereka miliki adalah hasil dari berbagai
keunggulan mereka sendiri.
Merasa sebagai
"orang pilihan", hehehehehe…
Hanya karena alasan inilah sehingga semua orang yang menjalin hubungan dengan jin-jin tidak pernah menerima keberadaan (eksistensi) makhluk jin.
Lalu dengan cara apa para setan berupaya menguasai manusia?
Cara paling rendah yang ditempuh bangsa jin adalah dengan
mengupayakan “mukjizat-mukjizat” sambil menyamar sebagai sosok-sosok agung masa
lalu (wali anu, haji anu, syaikh anu, atau eyang sepuh leluhur seseorang.)
Dengan cara ini, mereka (para setan) berpura-pura memberikan
beberapa bimbingan dan arahan sebagai solusi atas masalah atau misteri tentang
masa depan yang didasarkan pada kalkulasi-kalkulasi (perhitungan) yang mungkin
alias masuk akal.
Mengapa para setan melakukan itu?
Di mana saja Anda bertemu dengan seseorang yang berupaya
menjauhkan Anda dari pengetahuan tentang ke-ESA-an (Tauhid) dan Takdir, maka
dapat dipastikan bahwa orang tersebut telah diintervensi oleh setan.
Alasan utama para setan berusaha menjauhkan manusia dari dua
ajaran pokok tersebut adalah karena kedua ajaran pokok itulah yang merupakan
benteng kuat yang menyelamatkan manusia dari bayangan tuhan-tuhan ilusi
sehingga cepat atau lambat manusia akan mampu menyadari akan Tuhan yang
sebenarnya. Jadi, sebenarnya setiap manusia berpotensi besar untuk
menjadi pemilik tauhid sejati.
Setan menghalangi
manusia mengakses energi spiritual paling ultimat, yaitu menjadi wakil Tuhan
di bumi yang menebarkan rahmat bagi seluruh alam.
|
وَلَقَدْ عَلِمَتِ الْجِنَّةُ إِنَّهُمْ
لَمُحْضَرُونَ
Dan sesungguhnya jin mengetahui bahwa
mereka benar-benar akan diseret (ke neraka).
(Ash-Shaffaat:158)
وَمَا كَانَ لَهُ عَلَيْهِم مِّن سُلْطَانٍ إِلَّا لِنَعْلَمَ مَن
يُؤْمِنُ بِالْآخِرَةِ مِمَّنْ هُوَ مِنْهَا فِي شَكٍّ وَرَبُّكَ عَلَى كُلِّ
شَيْءٍ حَفِيظٌ
Dan tidak adalah kekuasaan iblis terhadap
mereka, melainkan hanyalah agar Kami dapat membedakan siapa yang beriman kepada
adanya kehidupan akhirat dari siapa yang ragu-ragu tentang itu. Dan Tuhanmu
Maha Memelihara segala sesuatu. (Saba:21)
Jin amat takut manusia memahami tauhid karena itu orang-orang
tauhid paling sulit digoyahkan akidahnya dari sisi akal maupun keimanan. Dan
ini berarti semakin sedikit golongan manusia yang akan menemani mereka di
neraka.
Wew… attuuutt… ogah banget deh!
Siasat setan kelas “jenderal” terhadap para muslim:
Seorang pemimpin spiritual palsu biasanya menunjukkan bahwa
dirinya paham benar ajaran Islam (terlepas apakah dia itu mengaku muslim atau
terang-terangan mengaku bukan muslim yang simpatik).
Awalnya, mereka menganjurkan
khalayak untuk mendirikan salat lima waktu, bersedekah, berbakti pada orang
tua, menyantuni orang miskin, dan lain-lain.
Lalu, mengait-kaitkan
Islam dengan konsep-konsep "luhur" kemanusiaan yang tidak bersumber
dari Islam, seperti pluralisme, humanisme, feminisme, liberalisme, dll. Ini dengan
tujuan menunjukkan ilmu sang guru itu trendi, aktual, sesuai dengan tuntutan
zaman. (orang kampungan selalu menganggap Quran itu ketinggalan zaman)
وَقَيَّضْنَا لَهُمْ قُرَنَاء فَزَيَّنُوا لَهُم مَّا بَيْنَ
أَيْدِيهِمْ
Dan Kami tetapkan bagi mereka teman-teman
yang menjadikan mereka memandang bagus apa yang ada di hadapan dan di belakang
mereka (Fushshilat:25)
Ujung-ujungnya, perlahan tapi pasti
mereka menghubungkan pengetahuan “rahasia” Islam yang "disesuaikan"
dengan konsep kebenaran universal (semua agama sama), konsep reinkarnasi, dan
konsep Wahdat al-Wujud palsu (kesatuan eksistensi) yang sebenarnya lebih
menyerupai konsep pantheisme; sebuah konsep yang tidak ada hubungannya kesatuan
eksistensi! Dengan melakukan ini, guru palsu membuat pengikutnya percaya bahwa
mereka sendiri adalah “Allah.”
Nauzubillah!!!
(Disarikan dari International Best Seller karya
Ahmed Hulusi, UFO: RUH, MANUSIA, ATAU JIN? :Pendekatan Agama dan
Saintifik atas Jin dan Fenomena Alien,
PT Bina Ilmu, 2007)
No comments:
Post a Comment